Senin, 15 April 2013

Aliran Psikologi Kognitif


Aliran Psikologi Kognitif


Aliran Psikologi Kognitif

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dimana melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru atau melalui perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pemikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah dipeorleh dan disimpan pikirannya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern ini berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.


Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
· Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
· Mementingkan peranan kognitif
· Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
· Mementingkan oembentukan struktur kognitif
· Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
· Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

Sesuai dengan kriteria matematika maka belajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

1. Teori Piaget (1896-1980)
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitua similasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru kedalam skemata yang telah terbentuk secara langsung. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit:

Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

2. Teori Brunner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu.

Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada, siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya. Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai berikut :

· Tahap pengaktif
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda atau obyek konkret.

· Tahap ikonik
Pada tahap ini siswa belajar dengan menggunakan gambar.

· Tahap simbolik

Pada tahap ini siswa belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbol.
Dalil-dalil yang didapatkan Bruner setelah mengadakan pengamatan kesekolah-sekolah:

a) Dalil Penyusunan (construction the orem)
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.

b) Dalil Notasi (notation the orem)
Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral, dimana setiap ideide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat.

c) Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contrasand variation the orem)
Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.

d) Dalil Pengaitan (connectivity the orem)
Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya atau konsep yang satudi perlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.

3. Teori Gestalt
Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

· Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.
· Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa
· Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.

4. Teori Brownell
W.Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan belajar pengertian. Dia juga menegaskan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna.

5. Teori Dienes
Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang memfokuskan perhatiannya pada cara pengajaran. Dienes menekankan bahwa dalam pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Dienes mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk menyajikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dalam bentuk yang konkrit. Hal ini dilakukan agar konsep dan prinsip tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.

6. Teori Van Hiele
Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Menurut Van Hiele ada tiga unsur dalam pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran, jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.


Sumber: Pembelajaran Matematika Kontemporer, Erman Suherman dkk, Bandung:JICA-UPI

Fenomena Lupa


Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

B.     Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1.      Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.      Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:


a.    Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b.    Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c.    Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.




C.    Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)   proactive interference, 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktifapabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a.       Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b.      Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c.       Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

Psikologi Kognitif

Otak merupakan organ bagi pusat kawalan utama bagi badan. Ia menerima maklumat melalui deria dari dalam dan luar tubuh. Ia menganalisa maklumat ini dan kemudiannya menghantar perutusan kepada badan yang mengawal fungsi dan tindakannya. Otak meningati pengalaman lepas, dan merupakan punca fikiran, mood, dan emosi.

Otak merupakan organ pemproses maklumat pusat badan. Ia terkandung dalam kepala melalui saraf kranial, dan berhubung dengansaraf tunjang, yang menduduki badan melalui saraf belakang (spinal nerve). Gentian saraf menghantar isyarat dari otak dikenali sebagai gentian efferent. Gentian yang menghantar isyarat kepada otak dikenali sebagai gentian afferent (atau deria). Safar boleh jadi afferent, efferent atau campuran (contoh. mengandungi kedua jenis gentian).
Otak merupakan pusat akal dan minda, yang merangkumi komponen seperti kognitionperceptionattentioningatan dan emosi. Otak juga bertanggungjawab bagi mengawal postur dan pergerakan. Ia membolehkan kognitif, pergerakan dan bentuk lain pembelajaran. Otak mampu melaksanakan beberapa fungsi secara automatik, tanpa memerlukan kesedaran, seperti menyelaras sistem deria (contoh. sensory gating dan pengabungan pelbagai deria), berjalan, dan fungsi badan homeostasis seperti tekanan darah, kawalan seimbangan cecair, dan suhu badan.
Serebelum mengawal keseimbangan dan pergerakan. Tanpanya, pergerakan tidak dapat diselaraskan.
Diagram menunjukkan bahagian cerebral cortex dan serebelum manusia.
Kebanyakan fungsi dikawal oleh aktiviti penyelarasan otak dan saraf tunjang. Tambahan lagi, sesetengah tingkah-laku seperti tindak reflex dan pergerakan asas, boleh dilakukan di bawah kawalan saraf tunjang (spinal cord) semata-mata.
Otak melalui peralihan dari sedar kepada tidur (dan subjenis bagi keadaan ini). Peralihan keadaan amat penting bagi fungsi otak yang betul. (Sebagai contoh, ia dipercayai bahawa tidur penting bagi penyelarasan pengetahuan, kerana neuron kelihatannya mengatur stimuli siang hari semasa nyenyak tidur dengan menembak secara rawak lalauan neuron yang terkini digunakan; tambahan lagi, tanpa tidur, subjek normal dipantau menunjukkan simptom menyerupai kecacatan mental, malah mendengar bunyi khayalan). Setiap keadaan otak dikaitkan dengan ciri-ciri gelombang otak.
Neuron adalah aktiviti sel otak yang memproses maklimat, sementara sel Glial melakukan fungsi sokongan. Sebagai tambahan kepada aktif secara eletrik, neuron sentiasa menghasilkanpemancar neuron (neurotransmitters). Neuron mengubahsuai ciri-cirinya (berpandu gambaran gen) di bawah pengaruh isyarat input mereka. Kemudahleturan ini menggaris dasar pembelajaran dan penerimaan. Ia penting bagi mengetahui bahawa sesetengah laluan neuron yang tidak digunakan (binaan yang menjadi terasing secara fizikal dari sel lain) mampu terus wujud lama selepas ingatan hilang dari kesedaran, kemungkinannya berkembang sebagai luar kesedaran (subconscious).
Kajian mengenai otak dikenali sebagai neurosains, biadang biologi bertujuan memahami fungsi otak pada semua tahap, daipadamolekul sehingga psychologi. Terdapat juga cabang psychologi yang menumpu pada anatomi dan fisiologi otak, dikenali sebagaibiological psychology. Kajian bidang ini menumpu pada setiap bahagian individu otak dan bagaimana ia mempengaruhi tingkah-laku.



PSIKOLOGI KOGNITIF YANG BERKAITAN DENGAN ATENSI

 Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaaningatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu
Sumberdaya mental manusia yang terbatas untuk memroses suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk mempercepat waktu reaksi. Mengarahkan pada suatu informasi tertentu akan mempercepat proses mental mengolah suatu rangsang. Misalnya dalam mengemudi, atensi yang mengarahkan pengemudi pada situasi jalan raya akan mempercepat reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan.
Atensi juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa anak[2]
Groover menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian (attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian, yaitu:
1. Perhatian selektif (Selective Attention)
Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.

2. Perhatian terfokus (Focused Attention)
Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.

3. Perhatian terbagi (Divided Attention)
Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
4. Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention)
Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.

5. Kurang perhatian (Lack of Attention)
Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
  • Proses otomatis tidak melibatkan kesadaran, misalkan mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi. Memperhatikan secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan suatu hal. Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan tersebut.
  • Proses terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk dapat mengarahkan atensi secara terkendali. Biasanya proses terkendali membutuhkan waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
Proses pembiasaan terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi, namun juga membentuk habituasi yang justru menyebabkan atensi menjadi berkurang pada hal-hal berkaitan yang tidak menjadi fokus dari pembiasaan. Penginput data di komputer lebih memperhatikan poin informasi yang biasa diinputnya, namun kadang-kadang luput membaca informasi yang berbeda dari biasanya. Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas atensi, namun juga tugas-tugas lainnya seperti motorikmengingat dan lain-lain.
Ergonomi kognitif mempelajari kemampuan dan keterbatasan otak dan sistem indera manusia ketika melakukan pekerjaan yang memiliki konten pemrosesan informasi (Groover, 2007). Ergonomi kognitif penting untuk dipelajari karena perkembangan pada sektor industri dimana pekerjaan memproses informasi dan komunikasi semakin meningkat. Selain itu, peningkatan penggunaan peralatan dengan teknologi canggih, mekanisasi, dan otomasi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia dalam sistem manusia-mesin. Operator dapat dimodelkan sebagai permroses informasi dari sistem yang harus memecahkan permasalahan dengan menggunakan informasi dari sistem.
Manusia menerima stimulus baik dari luar maupun dalam tubuhnya. Bagian tubuh yang menerima stimulus tersebut disebut reseptor. Terdapat 5 jenis indera tubuh manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan bau. Reseptor pendengaran (audio) menerima 15-19% informasi dari seluruh informasi yang diterima dan sebagian besar, yaitu 80% informasi, diterima manusia melalui penglihatan (visual).
Stimulus yang diterima oleh indera tubuh manusia kemudian diteruskan menjadi persepsi. Persepsi merupakan tahap kognitif dimana manusia menyadari sensasi yang disebabkan oleh stimulus dan interpretasi informasi dari pengalaman atau pengetahuannya (Groover, 2007). Proses persepsi terdiri dari dua tahap, yaitu deteksi dan rekognisi. Deteksi terjadi pada saat manusia menyadari adanya stimulus (bottom up processing), dan rekognisi terjadi ketika manusia menginterpretasikan arti dari stimulus tersebut serta mengidentifikasinya dengan pengalaman/pengetahuan sebelumnya (top down processing).
Stimulus yang diterima oleh sistem indera tubuh kemudian diterima manusia sebagai informasi dan disimpan dalam ingatan sensori. Ingatan ini memengaruhi persepsi manusia dan kemudian menjadi ingatan kerja (ingatan jangka pendek). Informasi baru dijaga dalam ingatan dengan adanya proses mental dan kemudian disimpan dalam ingatan jangka panjang.

PSIKOLOGI KOGNITIF YANG BERKAITAN DENGAN PERSEPSI

Persepsi adalah proses memanfaatkan pengetahuan sebelumnya utnuk mengumpulkan dan memaknai stimulus yang diterima oleh organ penginderaan.

pattern recognition
merupakan identifikasi dan penyusunan stimuli sensori yang kompleks. ketika kamu mengenali sebuah pola, proses sensori mengirimkan dan mengorganisasikan informasi mentah yang disediakan oleh reseptor sensori. dan kamu akan membandingkan stimuli sensori dengan informasi pada penyimpanan memori lain.

Teori - teori pattern recognition diantaranya :
a. template matching teori
menurut teori ini stimulus yang diterima oleh reseptor sensori kita dibandingkan dengan sejumlah set cetakan yang merupakan pola spesifik yang telah disimpan dalam memori

b. Prototype models
berdasarkan teori ini kita menyimpan prototype, yaitu abstrak pola yang ideal dalam memori. ketika kita melihat sebuah stimulus, kita membandingkannya dengan prototype.kesesuaian tidak harus sangat tepat jika kesesuaiannya cukup dekat. kita akan mengenali stimulus tersebut.

c. Distinctive-feature models
berdasrkan teori ini kita membuat diskriminasi diantara huruf-huruf pada dasar yang memiliki sedikit karakteristik. karakteristik ini yang berbeda dari satu huruf dengan huruf yang lain dan disebut distinctive features.

d. The Computational Approach
pendekatan ini terdiri atas prototype dan distintive features approach, walaupun perhatiannya berbeda tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk mengembangkan teori dasar komputer yang dapat menyelesaikan beberapa tugas kognitif yang dapat diperoleh manusia seperti kecepatan.

Berkenalan dengan psikologi kognitif



PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF 

Psikologi kognitif merupakan perspektif secara teori yang memfokuskan pada dunia persepsi 
pemikiran ingatan manusia. Ia menggambarkan pelajar sebagai proses maklumat yang aktif 
menyerupai metafora dunia komputer. Pada pandangan psikologi kognitif, cara pelajar 
menambahkan maklumat menentukan pencapaian tahap kefahaman mereka. 
 Sebilangan konsep yang berkuasa telah muncul dalam psikologi kognitif dengan 
setiapnya menjelaskan pertimbangan kuasa pendidikan. Antara konsep-konsep ini termasuk 
skemata iaitu idea yang menggambarkan rangka kerja mental untuk pemahaman, pembentukan 
ingatan iaitu pandangan menyatakan pengetahuan adalah direka oleh pelajar apabila mereka 
menghadapi situasi baru dan tahap memproses iaitu tanggapan bahawa ingatan adalah keluaran 
sampingan dari proses maklumat yang diterima. Disebabkan psikologi kognitif semakin 
berkembang dalam bentuk yang lebih matang, ia mula memasukkan pengaruh sosial dalam 
perkembangan kognitif, perhubungan antara kognisi dan motivasi, kesedaran diri, strategi 
kognitif dan perkembangan kepakaran subjek dalam bidang matematik dan sains. 

SEJARAH RINGKAS 
ERA PERKAITAN 
Setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia ini. “Hipotesis dunia” (Pepper, 
1942/1961) memandu pemerhatian, tindakan dan kefahaman tentang pengalaman kita sebarang 
perspektif teori dalam psikologi sama meletakkan pada pandangan dunia tertentu. Psikologi 
kognitif merupakan salah satu perspektif teori, ia menentukan bahwa tujuan psikologi saintifik 
adalah untuk memerhatikan tingkah laku-tindak balas individu yang boleh menjelaskan tindakan 
yang kita lihat. Dalam psikologi kognitif, pemerhatian digunakan untuk menghasilkan 
kesimpulan tentang faktor-faktor pemikiran, bahasa, maksud dan imejan. Bidang psikologi 
kognitif cuba membina penjelasan yang formal dan bersistematik tentang keaslian dan fungsi 
proses mental kita. 

ALASAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI KOGNITIF 
ada sejumlah alasan mengapa psikologi kognitif perlu dipelajari, Matin mengemukakan tiga alasan mempelajari psikologi kognitif yaitu : kognisi merupakan satu bagian utama dalam studi mengenai psikologi manusia, pendekatan psikologi kognitif telah berpengaruh secara luas pada bidang psikologi lain seperti psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan psikologi kesehatan. psikologi kognitif juga mempengaruhi disiplin ilmu lain, misalnya terdapat jurnal psikologi politik yang mengkaji sumbangan faktor kognitif terhadap situasi politik. 

sumber :

Apa itu Psikologi Kognitif


A.      Definisi Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. [2]
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.[3]
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage)
, yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)
, yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
B. Ada dua konsep dasar psikologi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan kognitif.
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi :
Ø  Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin maupun yang malas mendapat gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan baru tersebut memiliki persepsi bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh pada gajinya.
Ø  Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran atau otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa pemahaman.
Ø  Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak atau pikiran kita mampu mencernaa inti informasi tersebut.
Ø  Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
Ø  Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.
2. Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, dan proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
Contoh yang berkaitan dengan informasi :
Ø  Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi atau berpikir bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia ridak tahu kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin banyak informasi yang didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir atau dihindari. Hal ini menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet.
Ø  Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.
Ø  Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.

C. Prinsip dasar Psikologi Kognitif
Ø Belajar aktif
Ø Belajar lewat interaksi sosial
Ø Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weithemer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruan.
v  Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt :
Ø Pragnaz (kejelasan)
Ø Closure (totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini INSIGHT, yaitu: pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antara bagian-bagian didalam suatu masalah.
v  Teori belajar Cognitive-Field dari Lewin
Bertolak pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing-masing individu berada didalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsur yaitu kepribadian dan psikologi sosial.
Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi atau restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan).
v  Cognitive Development (Jean Piaget)
Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebgai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme : pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan :
Ä  Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
Ä  Scheme mental (pola tigkah laku yang sulit diamati, dan yang dapat diamati)
v  Pembelajaran Menurut JA Brunner (Discovery Learning)
Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar dikelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu peserta didik mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga merpengaruh dalam psikologi kognitif. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu dapat diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat mengahasilkan pengertian dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning.[4]
D.Implikasi dalam Pembelajaran
Implikasi teori kognitif piaget dalam pembelajaran adalah :
1)   Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
2)   Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3)   Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4)   Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5)   Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja. Dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan.

DAFTAR PUSTAKA


Djali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2007
Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997
Muhibin, Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002
Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2006





[1] H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[2] M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
[3] Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

[4] Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.